Maria Walanda Maramis, Gambar: Google |
Halaman Sebelumnya - Maria Walanda Maramis beserta kakak perempuannya disekolahkan di Sekolah Melayu di Maumbi.
Sekolah itu mengajarkan ilmu dasar seperti membaca dan menulis serta ilmu pengetahuan juga sejarah.
Ini adalah satu-satunya pendidikan formal yang diterima oleh Maria Walanda Maramis dan juga kakak perempuannya karena perempuan pada saat itu diharapkan untuk segera menikah dan mengasuh keluarga.
Maria Walanda Maramis dinikahi oleh Joseph Frederick Caselung Walanda, dia adalah seorang guru bahasa pada tahun 1890.
Mereka dikaruniai tiga anak perempuan.
Dan setelah menikah ia lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis.
Dua anak mereka dikirim belajar ke sekolah guru di daerah Betawi (Jakarta). Salah satu dari anak mereka, Anna Matuli Walanda, kemudian menjadi guru dan ikut aktif dalam organisasi PIKAT bersama ibunya.
Hak Pilihan Wanita di Minahasa
Pada tahun 1919, dibentuk sebuah badan perwakilan di Minahasa dengan nama Minahasa Raad.
Pada mulanya anggota-anggotanya ditentukan, tetapi pemilihan oleh rakyat direncanakan untuk memilih wakil-wakil rakyat selanjutnya.
Karena hanya laki-laki yang bisa menjadi anggotanya pada saat itu, tetapi Maramis berusaha supaya wanita juga memilih wakil-wakil yang akan ikut duduk di dalam badan perwakilan tersebut.
Akhirnya usahanya berhasil pada tahun 1921 di mana keputusan datang dari Batavia yang memperbolehkannya wanita untuk memberi suara dalam pemilihan anggota-anggota Minahasa Raad.
Dorongan Bumi Minahasa
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terbagi banyak berbagai klan (walak) yang berada dalam proses ke arah satu unit geopolitik yang disebut Minahasa dalam suatu tatanan kolonial Hindia Belanda.
Sejalan dengan adanya hal ini Hindia Belanda mengadakan perubahan pada birokrasi dengan mengangkat pejabat-pejabat tradisional dijadikan sebagai pegawai pemerintah yang bergaji dan di bawah kekuasaan soerang residen.
Komersialisasi agraria melahirkan perkebunan-perkebunan kopi dan kemudian kopra yang membuat ekonomi ekspor berkembang cukup pesat, penanaman modal juga mengalir cukup deras, dan kota-kota lain pun mulai tumbuh seperti Tondano, Tomohon, Kakaskasen, Sonder, Romboken, Kawangkoan, dan Langowan. Sumber (wikipedia.org)